freightsight
Sabtu, 20 April 2024

DOMESTIK

Meski Stok Terjamin, Tol Laut Lembata NTT Belum Bisa Kendalikan Harga

7 November 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

via freepik

Meski stok barang kebutuhan aman, program Tol Laut belum cukup berhasil menekan disparitas harga antara Lembata dengan Pulau Jawa.

Pelabuhan Lewoleba, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi salah satu wilayah yang disinggahi kapal Tol Laut Kendhaga Nusantara 7 sejak 2015. Kehadiran kapal ini berhasil merealisasikan target Tol Laut yang bertujuan untuk menjamin ketersediaan stok sembako dan barang penting lainnya di Lembata.

Meski stok barang kebutuhan aman, program Tol Laut belum cukup berhasil menekan disparitas harga antara Lembata dengan Pulau Jawa. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Bidang Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Lembata, Mikel Boli yang mengakui pihaknya kesulitan mengendalikan harga.

Pasalnya, beber Mikel, barang yang masuk ke Lembata bukan hanya melalui kapal Tol Laut, tetapi ada juga yang diangkut dengan angkutan komersial. Ketika barang ini masuk pasar, maka akan sulit membedakan mana barang angkutan Tol Laut dengan barang bawaan kapal niaga komersial.

"Kita tidak bisa telusuri barang mana yang dari Tol Laut. Ketika bergabung, bisa saja dia beralasan ini barang dari kapal niaga," ujarnya.

Akibatnya, masih terjadi disparitas harga dengan Jawa meski selisihnya kecil. Misalnya, Mikel menyebutkan, minyak goreng 1 liter seharga Rp25 ribu, sementara di Jawa Rp23 ribu. Padahal, harga angkutan barang melalui Tol Laut sudah lebih murah dari angkutan komersial karena subsidi pemerintah.

Sementara, Vice President Usaha Barang Non Komersial PT PELNI, Ridwan Mandaliko mengatakan, tarif angkutan satu kontainer 20 feet dari Tanjung Perak ke Lewoleba dipatok Rp 3,3 juta. Sedangkan harga angkutan kapal komersial dengan rute yang sama bisa sampai dua kali lipatnya yaitu Rp7 juta atau bahkan lebih.

Untuk mengatasi disparitas harga, PELNI membangun gerai Rumah Kita di Lembata pada April lalu. Gerai ini dikelola oleh anak usaha PELNI yaitu PT Sarana Bandar Nasional. Gerai tersebut menjadi sentra distribusi barang-barang Tol Laut.
Menurut Ridwan, Rumah Kita dibangun dengan tujuan membawa harga Jawa ke daerah 3TP agar mampu mengendalikan disparitas harga di sana.

"Rumah Kita merupakan upaya kami untuk menekan harga di daerah, mengingat kehadiran Tol Laut belum memberikan dampak di daerah,” ungkapnya.