freightsight
Kamis, 25 April 2024

EKSPOR

Larangan Ekspor Bauksit Belum Ada yang Gugat! Jokowi Tersenyum

2 Februari 2023

|

Penulis :

Tim FreightSight

via duniaenergi

Jokowi menuturkan belum ada negara mengajukan gugatan atas keputusan moratorium ekspor bijih bauksit Indonesia Juni 2023 ke WTO

Seluruh pemangku kepentingan terkait tetap mendukung program hilirisasi mineral tersebut.

Sembari senyum tipis Presiden Joko Widodo atau Jokowi menuturkan belum ada negara mengajukan gugatan atas keputusan moratorium ekspor bijih bauksit Indonesia Juni 2023 ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Tuturan itu dilempar Jokowi saat membuka Mandiri Investment Forum 2023 (MIF) yang digelar di Hotel Fairmont, Jakarta, Rabu (1/2/2023).

“Bauksit setelah kita setop ini setelah saya tengak-tengok oh belum ada yang gugat,” tutur Jokowi yang langsung disambut tepuk tangan peserta forum pagi tadi.

Menurut Jokowi, moratorium ekspor bijih bauksit mesti dilakukan memastikan nilai tambah produk hilir terjadi di dalam negeri. Dia beralasan sebagian besar bahan mentah bauksit justru dikirim ke pasar ekspor terutama China. Konsekuensinya, ekspor produk turunan seperti aluminium hingga panel surya berada di posisi buntut masing-masing 33 dan 31 dunia. Sementara Indonesia di urutan ke-3 untuk ekspor bijih bauksit.

“China ekspor orenya nomor 18 tapi ekspor panel suryanya nomor 1 di dunia, terus barangnya ini dari mana? Bahan mentahnya ini 80 persen lebih dari kita,” kata dia.

Dengan demikian, dia meminta seluruh pemangku kepentingan terkait tetap mendukung program hilirisasi mineral tersebut. Khususnya, dia meminta, perbankan tidak ragu menyalurkan kredit pada pembangunan smelter dalam negeri. “Kalau ada orang yang mengajukan kredit untuk mengajukan smelter diberi, apalagi orang kita sendiri, jangan dipersulit sudah jelas untungnya,” kata dia.

Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan kapasitas serap bijih bauksit dari empat smelter hingga awal tahun berada di angka 13,88 juta ton. Sementara, kapasitas produksi alumina diproyeksikan bisa menyentuh di kisaran 4,3 juta ton. Kapasitas pengolahan bijih bauksit terbilang sempit dibandingkan torehan produksi bijih di sisi hulu industri setiap tahunnya. Apalagi, pemerintah menegaskan mulai menghentikan izin ekspor mineral Juni 2022.

“Targetnya harus bisa diselesaikan tahun ini bulan Juli, setelah itu tidak diperkenankan ekspor lagi, ekspor dalam kondisi belum terproses,” kata Menteri ESDM Arifin Tasrif saat konferensi pers di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (30/1/2023).

Berdasarkan rekapitulasi Kementerian ESDM 2020, produksi bijih bauksit Indonesia mencapai 26,3 juta ton. Hasil produksi diekspor 22,8 juta ton sementara sisanya dialokasikan untuk pasokan industri pengolahan alumina domestik sebesar 1,74 juta ton. Adapun, produksi alumina di Indonesia berada di angka 1,17 juta ton. Alumina keluaran smelter grade alumina (SGA) diekspor 0,99 juta ton dan chemical grade alumina (CGA) diekspor sebesar 52.000 ton.

SGA dialokasikan kebutuhan dalam negeri 150.000 ton untuk pemurnian aluminium dan CGA dialihkan untuk industri seperti kertas, detergen, kabel sebesar 25.000 ton. Sementara, produksi aluminium di Indonesia setiap tahunnya mencapai 250.000 ton memerlukan impor alumina SGA sebesar 350.000 ton. Di sisi lain, kebutuhan aluminium domestik mencapai 1 juta ton. Dengan demikian, setiap tahunnya dilakukan impor aluminium 748.000 ton untuk menutupi defisit bahan baku tersebut.

“Kita masih impor aluminium, untuk itu memang penyelesaian pembangunan smelting untuk proses aluminium itu bisa diselesaikan sehingga bisa menyerap kapasitas input 100 persen,” kata Arifin.

Berdasarkan hasil pemantauan Kementerian ESDM akhir Desember 2022, terdapat 7 smelter yang masih tahap konstruksi dengan perkembangan proyek di kisaran 30 hingga 99%. Sementara satu smelter milik anak usaha patungan PT Inalum (Persero) dan PT Aneka Tambang Tbk, PT Borneo Alumina Indonesia baru mencapai 23,67%.

Hitung-hitungan Kementerian ESDM memproyeksikan total kapasitas input dari delapan smelter mencapai 27,41 juta ton dengan kapasitas produksi alumina 9,98 juta ton. Dengan demikian, total kapasitas input bijih bauksit dengan 12 smelter mendatang menyerap 41,29 bahan mentah dan produksi alumina 14,28 juta ton.