freightsight
Kamis, 25 April 2024

EKSPOR

Ekspor Indonesia ke Negara Swiss Melonjak Tinggi pada Triwulan I 2022

17 Mei 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Ekspor Swiss

Dokumentasi via kemlu.go.id

Triwulan I 2022, Ekspor perdagangan Indonesia ke negara Swiss melonjak sangat tajam jika dibanding dengan triwulan pertama pada tahun 2021.

Total nilai ekspor Indonesia ke negara Swiss triwulan I 2022 meningkat sangat tajam (naik 998.08%) dibanding total nilai ekspor triwulan I 2021.

Pada triwulan I 2022, Ekspor perdagangan Indonesia ke negara Swiss melonjak sangat tajam jika dibanding dengan triwulan pertama pada tahun 2021.

Merujuk pada data Swiss Federal Office for Customs and Border Security (FOCBS) yang telah diakses pada awal bulan Mei 2022 bahwa total nilai ekspor Indonesia pada triwulan I pada bulan Januari hingga Maret 2022 adalah sebesar 1.26 miliar dolar Amerika Serikat.

Dengan demikian, tentu saja total nilai dari ekspor Indonesia ke negara Swiss pada triwulan I 2022 rupanya meningkat sangat tajam (naik 998.08%) jika dibanding dengan total nilai ekspor pada triwulan I 2021.

Di samping itu, surplus neraca perdagangan Indonesia ke negara Swiss pada triwulan I 2022 adalah sebesar 1.16 miliar dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp. 16.67 triliun, sedangkan surplus neraca perdagangan pada periode yang sama pada tahun 2021 lalu adalah sebesar 19.38 juta dolar Amerika Serikat atau bisa dikatakan bahwa jumlahnya sekitar Rp 277,96 miliar.

Namun, walaupun demikian tentu saja impor Indonesia dari negara Swiss pada triwulan I 2022 meningkat sangat tajam menjadi 9.96% jika dibanding dengan periode yang sama pada tahun 2021 lalu, yaitu sebesar 105.73 juta dolar Amerika Serikat. Sedangkan untuk total nilai impor Indonesia dari negara Swiss untuk periode yang sama pada tahun 2021 lalu adalah senilai 96.15 juta dolar Amerika.

Muliaman Hadad selaku Dubes RI untuk Swiss dan Liechtenstein mengatakan bahwa hal ini tentu saja merupakan kemajuan yang sangat signifikan untuk hubungan ekonomi Indonesia dan Swiss, bukan hanya karena jalur distribusi yang membaik, tetapi juga karena adanya suatu optimisme yang sangat berkembang paska Indonesia - EFTA CEPA sejak akhir tahun 2021 lalu.